“Lembut dalam Beragama dan Melapangkan Hati dengan Syukur”
Khutbah Pertama
الحمد لله رب العالمين، نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه…
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله… اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Aku berwasiat kepada diriku sendiri dan kepada seluruh jamaah untuk selalu meningkatkan takwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa bukan hanya hadir di bibir atau pakaian, tetapi hadir dalam hati yang jujur, dalam lisan yang terjaga, dan dalam amal yang tulus.
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Ayat ini adalah bukti bahwa agama ini diturunkan untuk menjadi rahmat, bukan beban; menjadi ketenangan, bukan tekanan.
1. Lembutlah dalam Beragama
Rasulullah SAW adalah manusia paling lembut hati. Ketika ada orang yang salah, beliau tidak membentak, tidak mempermalukan, tidak memojokkan. Beliau memanggil dengan pelan dan berkata, “Apa yang membuatmu melakukan ini?” Beliau memberi ruang bagi orang untuk memperbaiki diri.
“يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا، وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا” — Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.
Agama akan terasa berat ketika manusia memperberatnya. Tapi bila kita menjalani agama sebagaimana diajarkan—lembut, penuh kasih, penuh pengertian—maka agama terasa seperti air sejuk yang mengalir di tubuh.
2. Kebaikan Kecil yang Sangat Besar Nilainya
Sering kita mengira amal besar lebih mulia. Padahal dalam banyak riwayat, justru amal kecil yang dilakukan rutin lebih dicintai Allah.
“اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ” — Jagalah diri kalian dari neraka walau dengan sedekah sepotong kurma.
Kebaikan itu tidak selalu berupa uang banyak atau prestasi besar. Bahkan ucapan lembut kepada pasangan, tidak ikut menyebar berita bohong, memaafkan ketika mampu membalas, memuliakan tamu, membantu tetangga walau hanya tenaga, tersenyum di hadapan saudara seiman—semua itu dicatat sebagai amal besar karena dilakukan dengan hati yang bening.
3. Hati yang Bersyukur Akan Dilapangkan Allah
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Jika kalian bersyukur, pasti Aku tambah nikmat kalian.” (QS. Ibrahim: 7)
Yang ditambah Allah bukan hanya harta, tetapi ketenangan, kesehatan, dan keberkahan waktu. Orang yang bersyukur itu hidupnya lebih ringan. Ia tidak iri melihat orang kaya, tidak sedih melihat orang terkenal, tidak galau melihat orang berhasil. Ia tahu bahwa setiap orang punya jatah masing-masing yang sudah diatur Allah.
4. Menjadi Hamba yang Bermanfaat
Dalam sebuah hadis disebutkan: “خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ” — “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”
Bermanfaat tidak harus menjadi tokoh besar. Allah tidak menuntut kita menjadi orang terkenal. Allah hanya ingin kita berguna bagi orang sekitar: keluarga, tetangga, teman kerja, siapa saja yang membutuhkan uluran tangan.
5. Menjaga Lisan, Menjaga Kedamaian
Di zaman media sosial, lisan berubah menjadi jari-jari. Banyak fitnah, umpatan, dan kalimat buruk bertebaran. Padahal lisan yang tidak dijaga bisa mencelakakan seseorang.
Menjaga lisan adalah menjaga kehormatan diri. Dan siapa yang menjaga lisannya, Allah akan menjaga hatinya.
6. Dekat dengan Al-Qur’an
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Kami turunkan Al-Qur’an sebagai penyembuh dan rahmat bagi orang beriman.” (QS. Al-Isra’: 82)
Setiap hari sempatkan untuk membaca Al-Qur’an walau hanya beberapa ayat. Jangan menunggu waktu luang, karena waktu luang jarang datang. Justru kita yang meluangkan waktu untuk Allah.
Jangan malu bila bacaan kita masih terbata-bata. Rasulullah bersabda bahwa orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata mendapatkan dua pahala—satu untuk bacaannya, satu untuk usahanya.
Penutup Khutbah Pertama
Jamaah sekalian, marilah kita kembali meluruskan hati, menyederhanakan cara beragama, memperbanyak syukur, menahan lisan, memperbanyak kebaikan kecil, dan mempererat hubungan dengan Al-Qur’an.
Semoga Allah memberkahi hidup kita dan memberikan taufik untuk istiqamah.
أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم…
Khutbah Kedua
الحمد لله حمداً كثيراً كما أمر…
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله…
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah, pada khutbah kedua ini, marilah kita memohon kepada Allah agar hati kita dibersihkan dari penyakit: iri, dengki, sombong, mudah marah, suka suudzon, merasa lebih baik daripada orang lain.
Penyakit hati adalah sumber kerusakan amal. Hati yang sombong menutup pintu hidayah. Hati yang iri menutup pintu kebahagiaan. Hati yang dengki menutup pintu ketenangan.
Hati yang bersih mudah menerima nasihat. Hati yang bersih mudah berbuat baik. Hati yang bersih mudah memaafkan.
Doa
Mari kita angkat tangan dan menundukkan hati:
اللهم اغفر لنا ذنوبنا، وكفر عنا سيئاتنا، وتوفنا مع الأبرار.
اللهم طهر قلوبنا، واحفظ ألسنتنا، واغفر زلاتنا، وبارك في أعمالنا وأرزاقنا.
اللهم اجعل القرآن ربيع قلوبنا، ونور صدورنا، وجلاء أحزاننا، وذهاب همومنا.
اللهم أصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا، وأصلح لنا آخرتنا التي إليها معادنا.
اللهم احفظ أبناءنا وبناتنا، وأهليـنا، وبارك في أرزاقنا، ووسع علينا من فضلك الواسع.
اللهم ارفع البلاء عن بلدنا، وادفع الشر عن أهلنا، واجعل هذا البلد آمناً مطمئناً وسائر بلاد المسلمين.
عباد الله… إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ… فاذكروا الله يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون.