Setiap manusia pernah merasakan beratnya memulai sesuatu. Entah karena rasa malas, takut gagal, atau pikiran “nanti saja”. Namun Islam tidak mengajarkan sikap menunda (taswîf) atau bermalas-malasan. Seorang Muslim seharusnya menjadi pribadi yang penuh semangat (himmah ‘āliyyah) dan siap bergerak untuk kebaikan.
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis riwayat Muslim:
اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللّٰهِ وَلَا تَعْجِزْ
“Bersemangatlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah.”
(HR. Muslim no. 2664)
Hadis ini menjadi landasan utama dalam membangun semangat. Islam memerintahkan kita untuk aktif, proaktif, dan produktif—bukan menunda dan menyesal di akhir.
1. Menguatkan Niat dan Tujuan karena Allah
Langkah pertama untuk bangkit dari rasa malas adalah meluruskan niat. Banyak orang semangatnya padam karena tujuannya semata-mata dunia. Padahal niat yang benar akan menyalakan energi yang luar biasa.
Allah ﷻ berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
“Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin.”
(QS. At-Taubah [9]: 105)
Ayat ini memberi pesan kuat: Allah melihat setiap usaha kita, sekecil apa pun. Maka bekerja, belajar, atau berkarya bukan sekadar rutinitas—melainkan ibadah.
Ketika hati kita yakin bahwa setiap langkah bernilai ibadah, semangat itu akan tumbuh alami. Bahkan dalam keletihan pun ada makna, sebab Allah tahu perjuangan kita.
2. Jangan Menunda: “Nanti” adalah Musuh Produktivitas
Menunda pekerjaan sering kali berawal dari niat kecil: “Sebentar lagi”, “nanti malam saja”, “tunggu mood datang”. Padahal setiap kali kita menunda, semangat semakin terkikis dan beban terasa makin berat.
Rasulullah ﷺ memperingatkan:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.”
(HR. al-Bukhari no. 6412)
Waktu luang adalah ladang emas yang sering disia-siakan. Padahal setiap detik adalah peluang untuk memperbaiki diri dan menambah amal.
Menunda berarti menunda keberhasilan. Imam Hasan al-Bashri berkata,
“Wahai anak Adam, engkau hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari berlalu, maka sebagian dari dirimu ikut hilang.”
Jadi, tidak ada waktu yang benar-benar ‘tepat’ untuk memulai—kecuali sekarang.
3. Melawan Rasa Takut Memulai
Banyak orang gagal bukan karena tidak mampu, tapi karena takut memulai. Takut gagal, takut ditertawakan, takut tidak sempurna. Padahal kesempurnaan tidak datang di awal, tapi tumbuh dari keberanian untuk melangkah.
Allah ﷻ mengingatkan:
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۚ إِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Apabila kamu telah bertekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”
(QS. Āli ‘Imrān [3]: 159)
Ayat ini mengajarkan keseimbangan: azam (tekad) dan tawakal (berserah diri). Jangan menunggu sempurna baru berani. Mulailah dengan niat yang baik dan tawakal, karena pertolongan Allah datang setelah kita bergerak.
Rasulullah ﷺ tidak menunggu semua kondisi ideal sebelum hijrah atau berdakwah. Beliau melangkah dengan keyakinan dan tawakal penuh. Itulah kunci sukses sejati: yakin, jalan, dan serahkan hasil pada Allah.
4. Mengingat Kematian dan Keterbatasan Waktu
Salah satu cara paling kuat memotivasi diri adalah menyadari bahwa hidup ini terbatas. Jika kita tahu umur tak lama, kita akan bergerak lebih cepat, lebih bermakna.
Rasulullah ﷺ bersabda:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.”
(HR. al-Hakim, shahih)
Hadis ini menegaskan bahwa penundaan adalah kerugian besar. Siapa yang tidak memanfaatkan masa sehat, muda, dan lapang waktu, akan menyesal di masa tua atau saat ajal datang.
5. Menjaga Rutinitas Amal dan Disiplin
Semangat bukan hanya tentang emosi sesaat. Ia harus dipelihara dengan rutinitas kecil namun konsisten. Dalam hadis sahih, Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللّٰهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling kontinu, meskipun sedikit.”
(HR. al-Bukhari no. 6465)
Konsistensi membentuk karakter. Mungkin sulit di awal, tetapi dengan disiplin, kebiasaan baik akan menjadi bagian dari diri.
Contoh sederhana:
-
Tetapkan waktu tetap setiap hari untuk belajar, membaca Al-Qur’an, atau berolahraga.
-
Gunakan metode “5 menit pertama”: mulai saja 5 menit—biasanya setelah mulai, semangat akan mengalir sendiri.
-
Jauhkan distraksi: ponsel, media sosial, atau hal yang membuat fokus terpecah.
6. Berdoa dan Minta Kekuatan kepada Allah
Sebesar apa pun tekad manusia, semangat sejati datang dari Allah. Karena itu, doa harus menjadi bagian dari perjuangan. Rasulullah ﷺ sering berdoa:
اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan.”
(HR. al-Bukhari no. 6369)
Doa ini sederhana namun sangat mendalam. Setiap kali kita merasa berat untuk mulai, bacalah doa ini dengan sungguh-sungguh. Mintalah Allah mencabut rasa malas dan menggantinya dengan semangat.
Penutup
Hidup yang penuh semangat bukan berarti hidup tanpa lelah. Namun orang yang semangat tidak membiarkan rasa lelah menghentikannya. Ia sadar bahwa setiap langkah kecil menuju kebaikan adalah bentuk syukur kepada Allah.
Ingatlah sabda Rasulullah ﷺ:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللّٰهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.”
(HR. Muslim no. 2664)
Mari jadikan hari ini awal perubahan. Jangan menunggu motivasi datang—mulailah, dan motivasi akan mengikuti.
Karena setiap amal baik yang dikerjakan dengan tekad dan ikhlas akan bernilai besar di sisi Allah ﷻ.
Kesimpulan Praktis
-
Luruskan niat karena Allah.
-
Hindari kalimat “nanti saja”.
-
Berani mulai meski belum sempurna.
-
Sadari waktu hidup yang terbatas.
-
Bangun rutinitas kecil tapi disiplin.
-
Perbanyak doa dan tawakal.
وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللّٰهِ
“Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan pertolongan Allah.”
(QS. Hūd [11]: 88)
